Bicara tentang orang baik, kata “baik” sering kali menimbulkan ambigu akan makna sebenarnya dari kata tersebut. Dan menurut saya kata tersebut bisa berubah-ubah tidak bisa disematkan kepada seseorang hanya dengan begitu saja misalnya seorang yang baik dalam satu hal belum tentu di lain hal / kesempatan berkelakuan sama. Duh ini apa sih??. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata baik mempunyai arti banyak ;
baik /ba·ik / 1 a elok; patut; teratur (apik, rapi, tidak ada celanya, dan sebagainya): karangan bunga itu — sekali; 2 a mujur; beruntung (tentang nasib); menguntungkan (tentang kedudukan dan sebagainya): nasibnya — sekali; mendapat kedudukan yang –; 3 a berguna; manjur (tentang obat dan sebagainya): buku ini sangat — untuk dibaca; daun kumis kucing — untuk obat penyakit ginjal; 4 a tidak jahat (tentang kelakuan, budi pekerti, keturunan, dan sebagainya); jujur: anak itu — budi pekertinya; 5 v sembuh; pulih (tentang luka, barang yang rusak, dan sebagainya): sudah dua minggu dirawat di rumah sakit, ia belum — juga; lukanya sudah –; 6 a selamat (tidak kurang suatu apa): selama ini keadaan kami — saja; 7 a selayaknya; sepatutnya: kami diterima dengan –; — orang ini kusuruh pulang sekarang; 8 p (untuk menyatakan) entah … entah …: — di kota maupun di desa, olahraga sepak bola digemari orang; 9 p ya (untuk menyatakan setuju): berangkatlah sekarang! — , Ayah; 10 n kebaikan; kebajikan: kita wajib berbuat — kepada semua orang; — hati berbudi baik;
Tidak jahat adalah salah satu makna dari kata baik menurut penjelasan diatas. Sering kali dalam keseharian kita menemukan orang yang berbuat baik kepada kita namun sesungguhnya orang tersebut mempunyai niat yang jahat. Jadi kata tersebut tidak bisa kita sematkan kepada seseorang dengan begitu saja. Atau pernah kamu rasakan dengan mengatakan seseorang baik namun tetap menaruh rasa curiga dengan waspada yang berlebihan?
Kenapa saya bahas tentang ini karena pernah atau beberapa kali terjadi pada saya selama perjalanan;
- Yang ini kejadiannya baru-baru ini, waktu itu saya terpaksa nginap satu malam di KL setelah kelayapan ke Viet Nam dan Cambodia karena tiket pulang paling murah ke Jakarta adalah via Malaysia. Nah, ceritanya waktu itu saya sedang mencari alamat hostel yang telah saya booking jauh-jauh hari. Karena saya searching-nya manual alias tidak menggunakan GPS jadilah saya celingak-celinguk sepanjang jalan sambil nanya orang-orang sekitar. Waktu saya sudah hampir mau sampai (seharusnya) ada seorang pria menghapiri saya yang saya yakini datangnya dari belakang saya (lokasinya di dekat sebuah supermarket+cafe gitu). Pria itu (yang pada akhirnya saya tahu namanya adalah Mr. James atau lebih tepatnya saya panggil dia uncle James LOL) bertanya pada saya apakah saya perlu pertolongan jadi saya langsung saja bertanya apakah dia tahu alamat pada kertas yang saya pegang. Tampangnya sangat meyakinkan gitu dan dia seolah-olah tahu area itu.
Mr. James : “Uhm…, actually I’ve ever heard this address before. It should be around here or.. yeah over there…” (sambil mikir keras dan nunjuk-nunjuk ga jelas gitu). “Well, I’m not live here. I’m from Sabah actually but I often come here for work and stay in the hotel near by my hospital” (sambil nyebutin nama rumah sakit; yang saya sendiri lupa lol)
Saya : “Yes. It must be around here…”
Mr. James : “OK! Let me just call the hostel number… just give me the number” (ngeluarin handphone dan langsung mencet nomor telepon hostel tersebut).
Tut…tut..tut… Suara panggilan dari hp-nya (saya yang merasa betapa baiknya orang ini hanya bisa melongo dan menyimak dan menghayati percakapan dia dan orang diseberang sana; yang mengangkat telpon sepertinya wanita)
Mr. James : “Hello mam, I’m James and I’m with a girl who wants to stay in your hostel. She already booked a room and she wants to know your address. We are in bla..bla..bla.. could you please tell me the direction to your place?”
Wanita di seberang sana : “Bla..bla…bla…”. Panjang lebar menjelaskan arah ke hostel.
Selama pecakapan Mr. James sambil geleng-geleng kepala dan mengerak-gerakkan tangannya. Kadang-kadang bertanya balik, kadang membenarkan, kadang kelihatanya dia bingung…, haha. Sesekali mengelengkan kepala hanya sekali doang tapi kali ini dengan tegas berbarengan dengan kata “yess” atau “OK”)
Dan akhirnya percakapan alot itu pun kelar.
Saya pikir dia paham setelah itu tapi dia malah makin bingung. Dia minta saya untuk menunggu dan dia pergi ke supermarket dan bertanya ke kasir di dalam. Setelah itu dia menjelaskan bahwa alamat itu sebenernya sudah dekat dari tempat kami berdiri tapi akan lebih gampang jika kami berkendara ke sana. Begitu katanya sambil menyalami saya dan memperkenalkan dirinya secara official dia menawarkan untuk mengantar saya. Dia bilang dia memarkirkan mobilnya di dekat situ. Saya pun merasa why not… Saya pikir dia memang benar-benar baik dan mungkin kasihan pada saya yang kebingungan mencari alamat (kayak ayu ting *ing aja). Karena saat itu masih siang dan banyak orang juga yah saya ikut saja.
Begitu sampai di depan mobilnya, masuk dan duduk di bangku depan, langsung deh semerbak aroma india bertebaran. Dia pun bilang bahwa anaknya yang katanya lagi sekolah di Europe juga suka traveling (waaaah pikir saya mungkin ini kali alasan uncle ini menolong saya. Saya pun sedikit percaya padanya) Eh, tidak lama mobil meluncur (yang akhirnya keesokan harinya saya tahu bahwa rute yang kami lalui itu justru muter dan memakan perjalanan lebih jauh ke hostel dibandingkan jika saya jalan sendiri dari supermarket tinggal lurus doang hanya kira-kira 150 meter lah *dan jika saya tidak bertemu dengannya);
Mr. James : “Maybe we can be a friend. Yeah! why not ya..haha (sambil geleng-geleng kepala) Actually I stay in a hotel near by here if you want, you can stay in my room…” (Jederrrr!! Saya sedikit shock pas dia bilang begitu. Tapi masih tetap positive-thinking. Mungkin dia hanya berusaha untuk menawarkan bantuan… Tapi gak segitunya juga kelousss)
Saya hanya geleng kepala sambil senyum dan menjawab seadanya bahwa saya sudah ada tempat untuk tinggal serta tidak lupa berterima kasih (ngapain coba saya berteima kasih wong udah jelas-jelas dia tahu kalau aku akan tinggal di hostel yang sedang kami cari lalu kenapa dia menawarkan a room??? ah sudahlah.. hanya dia dan Tuhan yang paham. Dia sempat menceritakan tentang hubungannya dengan istrinya yang ternyata dalam status separated. Oleh karena itu dia excited to get a friend.
Kemudian dia tidak menyerah.
Mr. James : “Do you have time tonight? perhaps we can go for coffee or tea… or a dinner?”
Saya : “Oh,, No thanks! I have to meet my friend here. He planned to take me around tonight.” Sambil memperhatikan jalan dan sekali menyarankan dia untuk belok ke kiri bukan ke kanan seperti sarannya (karena menurut penjelasan penjual nasi di dekat station Imbi arahnya seharusnya ke kiri).
Mr. James : “OK. how about tomorrow? how many days you will stay in KL, I will be free tomm and can take you around to see the city… Or you want to go somewhere else?”
Saya : “No need. I will be back home tomm, I would be so early to check out from hostel”. Ngasal saja saya jawabnya soalnya saya sudah mulai rada risih dengan tawaran-tawaran super baiknya yang menurut saya tidak lajim bagi orang yang baru saja bertemu.
Makin menjadi saja “kebaikannya”.
Mr. James : “Alright, if you want I can take you to the airport. It’s OK, I’ll be happy to help you. We are friend, right..? Maybe after this we can be long distance relationship friend later… Hehehe”.
Saya jawab tidak perlu dengan tegas sambil memperhatikan jalan dan akhirnya saya melihat hostel yang sedang dicari. Dan dia memarkirkan mobilnya di depan hostel tersebut dan dengan lega saya berterima kasih atas kebaikannya. Eh, dia malah turun dan bilang mau mengantar saya sampai ke depan meja resepsionis. Lha!! Meskipun saya bilang beberapa kali “It’s Ok. no need” dia ngotot sambil berjalan ke dalam hostel. Apes deh.
Yaweslah, saya masuk saja. Dan dengan bangganya dia memperkenalkan dirinya kepada resepsionis bahwa dia orang yang menelepon tadi dan lebih asoy lagi dia menyarankan meraka untuk membuat peta lokasi yang jelas (o oo..). Si resepsionis bengong menanggapi. Saya cuma bisa pasrah. Dia suaranya kenceng pulak itu, mana banyak orang lagi pada ngelihatin kita… hihihi. Setelah itu dia minta kertas dan pulpen – menuliskan sesuatu.
Saya : “Well…, Mr. James thank you for your kindness”. Sambil menjulurkan tangan ingin menyalami. Eh dia menyelipkan kertas itu ke tangan saya sambil bilang;
Mr James: “Please call me…”.
Dan dia pun berlalu.
~~~to be continued~~~